Sabtu, 07 Juni 2014

KEPEMIMPINAN



TUGAS TERSTUKTUR KEPEMIMPINAN
“KEPEMIMPINAN MENURUT PERSPEKTIF ISLAM”

logo unsoed










 Disusun Oleh :
NAMA       : SITI FATIMAH TUZAHRO
NIM            : D1E012105
KELAS         : C



KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karuniaNya Saya dapat menyelesaikan Paper Kepemimpinan “Kepemimpinan Menurut Perspektif Islam”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca di bidang Kepemimpinan dan memperdalam agama Islam, khususnya dalam peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Di samping itu, makalah ini diajukan guna memenuhi tugas terstuktur mata kuliah Kepemimpinan.
Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus sadar akan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk menjadi lebih baik, dan tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan guna keluar dari kebodohan imannya dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan takwa dirinya kepada Sang Maha Pencipta.
       Dalam  proses pendalaman materi kepemimpinan ini,  tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya  saya sampaikan kepada:
  1. Bapak Ir.H.Muhammad Nuskhi,M.Si. ,  selaku dosen mata kuliah “Kepemimpinan.
  2. Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak  memberikan masukan untuk  paper ini.
  3. Dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung saya sampai paper ini dapat terselesaikan khususnya kedua orang tua saya.
Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, paper ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Semoga paper ini menjadi pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian dirinya. Amin.




Purwokerto,1 Juli 2013



Penulis






DAFTAR ISI

   Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3
2.1. Kepemimpinan ............................................................................................3
2.2. Kepemimpinan merupakan suatu amanah ...................................................8
2.3. Konsep kepemimpinan dalam islam ..........................................................11
2.4. Pemimpin yaang bermoral baik dan profesional.........................................17
BAB III PENUTUP..........................................................................................24
3.1. Kesimpulan .................................................................................................24
3.2. Saran ...........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................26

 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kepemimpinan (leadership). Hal ini, disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, karena Islam memandang bahwa manusia pada dasarnya adalah pemimpin, yaitu wakil Allah SWT di muka bumi, khalifatullah fi al-ardh (QS. Al-Baqarah [2]: 30). Dalam hadis shahih, Rasulullah saw menegaskan bahwa setiap orang (kamu) adalah pemimpin: Setiap kamu adalah pemimpin, dan harus bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya; seorang imam (kepala Negara) adalah pemimpin dan harus bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. (HR. Bukhari dari sahabat Ibn Umar). Kedua, manusia sebagai makhluk social tidak akan berkembang dengan baik, tanpa kepemimpinan yang kuat dan mencerahkan (the inspiring leader). Menurut sosiolog Muslim Ibn Khaldun, ada 2 hal yang sangat diperlukan suatu masyarakat, (1), norma-norma hukum, dan (2), kepemimpinan (pemimpin) yang kuat. Kedua hal ini menjadi syarat mutlak lahirnya masyarakat yang beradab dan berbudaya tinggi. Tanpa keduanya, suatu masyarakat akan mudah terseret ke dalam perpecahan dan permusuhan yang berkepanjangan (chaos).Ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah karena pemimpin menjadi salah satu factor penentu kemajuan (dan juga kebangkrutan) suatu masyarakat atau bangsa. Bertolak dari latar belakang pemikiran di atas, maka soal kepemimpinan, termasuk di dalamnya memilih pemimpin menjadi hal yang sangat penting dalam pandangan Islam.
Kepemimpinan merupakan amanah dari Tuhan YME. Rasulallah Saw bersabda: Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan seorang pemimpin (dari Presiden s/d kepala keluarga) akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya (kullukum rô’in famas’ûlun ‘an ro’iyatihi, fal’amîrulladzî ‘alâ an-nâs rô’in wahuwa mas’ûlun ‘anhum). Tidakkah calon pemimpin berpikir demikian?.Akankah mereka menyia-nyiakan amanah Allah Swt, atau justru akan memanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan golongannya-na’ûdzu billâh min dzâlik. Semoga hajatan politik kali ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun saat ini, mencari pemimpin yang amanah bagaikan mencari jarum di rerumputan. Kepemimpinan merupakan suatu amanah.Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syar’i, amanah bermakna.Amanah merupakan salah satu mandat atau tanggung jawab yang dititipkan kepada seseorang untuk menjalaninya dengan rasa tanggung jawab. Amanah tidak melulu menyangkut urusan material dan hal- sesama insan secara baik adalah amanah. Apapun  yang diberikan Allah Swt adalah amanah yang akan menjadi beban diakhirat nanti. Seperti seorang pemimpin, pemimpin adalah orang yang menjalani kepemimpinan dan secara tidak langsung pemimpin tersebut mendapatkan amanah. Namun selama ini masih banyak sekali kekeliruan pemahaman tentang arti kepemimpinan. Pada umumnya orang melihat pemimpin adalah sebuah kedudukan atau posisi semata. Akibatnya banyak orang yang mengejar untuk menjadi seorang pemimpin dengan menghalalkan berbagai cara dalam mencapai tujuan tersebut. Mulai dari membeli kedudukan dengan uang, menjilat atasan, menyikut pesaing / teman. Ataupun cara lain demi mengejar posisi pemimpin. Akibatnya, hal tersebut melahirkan pemimpin yang tidak dicintai, tidak disenangi, tidak ditaati dan bahkan dibenci.
Konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan kokoh. Ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW, para Shahabat dan Al-Khulafa’ Al-Rosyidin. Pijakan kuat yang bersumber dari Al-qur’an dan Assunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan konsep kepemimpinan Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui dan dikagumi oleh dunia internasional.Namun dalam perkembangannya, aplikasi kepemimpinan Islam saat ini terlihat semakin jauh dari harapan masyarakat. Para tokohnya terlihat dengan mudah kehilangan kendali atas terjadinya siklus konflik yang terus terjadi. Harapan masyarakat (baca: umat) akan munculnya seorang tokoh muslim yang mampu dan bisa diterima oleh semua lapisan  dalam mewujudkan Negara yang terhormat, kuat dan sejahtera nampaknya masih harus melalui jalan yang panjang.
“Saat ini kita membutuhkan sosok pemimpin yang bermoral!”. Itulah kata-kata yang cukup sering kita dengar dalam suatu pembicaraan yang bertema “kepemimpinan”, baik itu dalam seminar politik, debat politik, serta segala hal yang berbau politik. Yang kesemuanya itu mau tidak mau akan selalu bersinggungan dengan hal yang bernama kepemimpinan. Ya, karena saat ini Indonesia sedang pesta Demokrasi. Maka jangan heran jika kita mendengar orasi-orasi politik seperti di atas yang seringkali membangkitkan mimpi kita akan sosok pemimpin yang dapat membawa perubahan pada negeri ini.Seorang pemimpin yang baik pada dasarnya harus bermoral baik dan profesional. Moralitas itu diturunkan dalam perilaku yang etis, nasionalis, dan bervisi kerakyatan. Sedangkan Profesionalisme berasal dari kata profesional yang berarti mengenai profesi, (mengenai) keahlian, masuk golongan terpelajar atau ahli, pemain bayaran. Dengan kata lain  Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Memang sulit mencari sosok yang memenuhi semua syarat itu secara sempurna. Tapi, kita harus cari tokoh yang setidaknya mendekati karakter itu.


1.2  Tujuan
1.2.1  Mempelajari pengertian kepemimpinan dalam islam
1.2.2  Mempelajari kepemimpinan merupakan suatu amanah
1.2.3  Mempelajari konsep kepemimpinan dalam islam
1.2.4  Mempelajari pemimpin yang bermoral baik dan profesional

BAB II
PEMBAHASAN


2.1       KEPEMIMPINAN
            Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Kepemimpinan merupakan unsur yang tidak bisa di hindari dalam hidup ini. Sudah merupakan fitrah manusia untuk selalu membentuk sebuah komunitas. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain sehingga yang di pengaruhi  mau mengikuti arahan sang pemimpin (Nuskhi, 2013). Sedangkan menurut Purwanto (
2006) kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya  agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Berbeda lagi dengan pendapat Mangunhardjana (1976), beliau mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam sebuah komunitas selalu dibutuhkan seorang pemimpin. Dalam Bahasa Indonesia “pemimpin sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Menurut (Kartono,1994) Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Dan orang yang dipimpin adalah seorang yang dipengaruhi agar mengikuti kehendak pemimpin (Yulk,1998).
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang diantara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan sesuatu seperti : nonton film, bermain sepak bola dan lain-lain, maka orang tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Seperti halnya dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentuan kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan merupakan seni dan kemampuan untuk memimpin. Kemampuan setiap orang dalam memimpin tentulah tidak sama, tetapi islam mengakui bahwa setiap orang itu adalah pemimpin, sebagaimana sabda Beliau. “Setiap kamu adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya itu” (HR-Bukhari). Hadist tersebut mengidentifikasikan bahwa potensi pemimpin harus dimiliki oleh setiap orang dan ini nantinya akan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, setiap individu harus belajar untuk menjadi seorang pemimpin apapun posisi yang diembannya selama dia masih berstatus sebagai mukallaf(Sholihin,2008).


Gaya Kepemimpinan
1.      Gaya Telling (intruksi)
Gaya kepemimpinan dimana pemimpin yang senang mengambil keputusan sendiri dengan memberikan intruksi yang jelas dan mengawasinya secara ketat serta memberikan “penilaian” kepada mereka yang tidak melaksanakannya sesuai apa yang anda harapkan(Moeljono,2008). Menurut Tangkilisan(2005) Gaya kepemimpinan Telling merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri : tinggi tugas dan rendah hubungan, pemimpin memberikan perintah khusus, pengawasan dilakukan dengan ketat, pemimpin menerangkan kepada bawahan apa yang harus di kerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

2.      Gaya Selling (Menjual)
Gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin yang mau melibatkan bawahan dalam pembuatan suatu keputusan. Pemimpin bersedia membagi persoalan dengan bawahannya, dan sebaliknya persoalan dari bawahan selalu did
engarkan serta memberikan  pengarahan mengenai apa yang seharusnya dikerjakan(Moeljono,2008). Selling merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri : tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin menjelaskan keputusan yang akan dilakukan, masih banyak pengarahan, terjadi pula komunikasi timbal balik(Tangkilisan,2005). Menurut Moeljono(2008) Gaya kepemimpinan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan.
.  Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya keterlibatan bawahan dalam memecahkan suatu masalah sehingga mengurangi unsur ketergantungan kepada pemimpin.Keputusan yang di buat akan lebih mewakili Tim dari pada pribadi.
. Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah tidak tercapainya efisiensi yang tinggi dalam proses pengambilan keputusan.

3.      Gaya Participating (Berpartisipasi)
     Gaya kepemimpinan participating (partisipasi) adalah respon manager yang harus diperankan ketika bawahan memiliki tingkat kemampuan yang cukup, tetapi tidak memilikim kemauan untuk melakukan tanggung jawab. Hal ini bisa terjadi dikarenakan etos kerja atau keyakinan mereka untuk melakukan tugas atau tanggungjawab. Dalam kasus ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengarkan dan mengapresiasi usaha-usaha yang dilakukan para bawahan, sehingga bawahan merasa dirinya penting dan senang menyelesaikan tugas(Elizabeth,2010). Participating merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri : tinggi hubungan dan rendah tugas, gagasan timbul dari dua pihak, keputusan dibuat bersama(Tangkilisan,2005).

4.      Gaya Delegating (Pendelegasian)
Gaya kepemimpinan ini dilakukan untuk menghadapi bawahan dengan tingkat kematangan tinggi, dimana bawahan telah mempunyai kompetensi sekaligus mempunyai keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi bahwa dia mampu melaksanakan tugasnya. Pemimpin tidak perlu memberikan pengarahan maupun petunjuk yang rinci,cukup secara singkat menyampaikan tujuan yang hendak dicapai (Moeljono,2008). Sedangkan menurut Purwanto (2006) Gaya kepemimpinan delegating tepat di gunakan pada situasi dan kondisi dimana para bawahan telah memahami dengan baik tugas-tugas  pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga mereka layak untuk menerima pendelegasian tugas dari seseorang manager(pimpinan).

Kepemimpinan Rasulullah SAW saat Hijrah

Dalam sejarah, peradapan islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah seorang tokoh agung yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliyah dan paganis di jazirah, Arab. Dia adalah Muhammad bin Abdullah, Rosul terakhir dan penutup para Nabi.Perjalanan kehidupannya adalah sebuah sejarah kepemimpinan yang sangat penting bagi umat manusia. Secara umum, kepemimpinannya dapat dibagi kedalam dua periode yaitu periode Mekkah dan Madinah. Periode Mekah adalah masa yang dimulai dari diangkatnya Beliau menjadi Rosul hingga hijrah ke Madinah. Sedangkan periode Madinah adalah masa ketikaa Nabi Muhammad berada di Madinah hingga beliau wafat(Munawwir,1986).
            Kepemimpinan Muhammad SAW pada masa hidupnya telah memberikan arti pentinf dalam sejarah peradapan manusia pada umumnya dan islam pada khususnya. Kepemimpinan Beliau dipandang tidak hanya sebatas sebagai pemimpin agama, akan tetapi juga sebagai pemimpin negara. Dengan kata lain kepemimpinannya tidak hanya sebagai Rosul, melainkan juga sebagai negarawan. Menurut sejarah, bahwa Nabi kita telah memimpin perang dua puluh delapan kali dalam tujuh tahun setelah hijrah ke Madinah dan 35 tentara ekspedisi yang beliau kirimkan. Perang Waddan pada bulan Shafar tahun 2 Hijriah adalah perang yang pertama kali dipimpin oleh Nabi (Muhaimin,2007).
ALLAH SWT berfirman :
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mer eka(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri [289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) [290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya [291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya [292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar(Al-qur’an).

Study Kasus Kepemimpinan Rasulullah SAW saat Hijrah

1.      Nabi Muhammad SAW (53 Tahun) Ahli Aqidah
Dalam  suatu tela’ah terhadap seratus tokoh berpengaruh di dun ia, Muhammad SAW diakui sebagai seorang tokoh yang paling berpengaruh dan menduduki rangking tertentu. Ketinggian itu dilihat dari berbagai aspek. Misalnya sudut kepribadian, jasa-jasa, dan prestasi beliau dalam menyebarkan ajaran islam pada waktu yang relatif singkat. Perwujudan kepemimpinan beliau dengan memberi pendidikan dan pengajaran yang baik kepada umat islam dengan keteladanan yang baik (Uswatun Hasanah) (Muhaimin,2007).

2.      Abu Bakar (15 Tahun) Ahli Aqidah
Abu Bakar As-Sidiq salah satu khalifah terbaik sepanjang sejarah sepeninggal Rasulullah SAW , Ia pun diangkat menjadi khalifah. Dihadapan rakyatnya Ia mengucapkan sebuah pidato yang merupakan pernyataan pertama setelah Ia memangku jabatan menjadi khalifah. Pidato Abu Bakar tersebut mengajarkan kita bahwa seorang yang berkuasa harus selalu siap dikritik, mendengarkan keluhan rakyatnya, bukan rakyat yang selalu harus mendengarkan curahan hatinya, kegalauan dan kecemasannya. Abu Bakar As-Sidiq adalah seorang khalifah yang luar biasa kepekaannya. Tiada berlebihan mencoba mentransfer nilai kepemimpinan beliau (Muhaimin,2007).

3.      Abdullah  bin Abu Bakar (25 Tahun) Ahli Strategi
Abdullah bin Abu Bakar adalah seorang wali qutub (imannya para wali) dan seorang ahli sufi. Beliau Abdullah bin Abu Bakar adalah seorang sayyid dan syarif (julukan khusus untuk keturunan Nabi Muhammad SAW) imam para wali dan orang-orang saleh (Al-qitab) beliau di sebut Abu Muhammad dan bergelar Alydrus. Alydrus artinya ketua orang-orang tasawuf. Beliau dilahirkan di kota Tamrin, pada tanggal 10 Zulhijah tahun 811 H. Beliau mempelajari  tasawuf dan belajar dari seorang Guru Al-Imran Syeh Umar Muhdor  yang membekali dirinya sebagai seorang Syufi (Ahli Tasawuf) (Muhaimin,2007).

4.      Fudzail (20 Tahun) Tukang Gembala Sebagai Mata-mata (Kekuatan Fisik).

5.      Ali bin Abi Thalib (15 Tahun) Kekuatak Kecerdasannya.
     Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah oleh sebagian orang dianggap kemenangan bagi pihak yang menganut ide hak Legitimasi. Sungguh hal ini tidak dikehendaki oleh Ali sendiri, namun yang jelas keadaan ini telah menempatkan posisi Ali menjadi sulit dan tidak menguntungkan. Selama 5 Tahun Ali bin Abi Thalib memangku jabatan sebagai khalifah, sejak semuala dia harus menghadapi bermacam-macam reaksi yang keras (Muhaimin,2007).

6.      Asma’ bin Abu Bakar (12 Tahun) Pengantar Makanan
Perempuan yang dikenal sebagai perempuan yang mempunyai dua ikat pinggang itu adalah Asma’ binti Abu Bakar As-sidiq. Dia mempunyai sikap yang agung dalam pencatatan sejarah islam sejak dulu. Pertama kali datang ke dunia hingga Asma’ wafat  (Hakim,2006).Diantara sikap Asma’ yang Manshur adalah sikapnya sewaktu peristiwa Hijrah. Ketika Rasulullah datang ke rumah Abu Bakar As-sidiq, ayah kandung Asma’, pada saat Hijrah. Asma binti Abu Bakar As-sidiq ikut serta dalam banyak peristiwa Hijrah , dan Ia mempunyai peran yang cukup penting. Asma’ mempunyai tugas untukmengantarkan makanan dan minuman kepada Rasulullah SAW dan Abu Bakar, yang berada didalam gua ( Hakim,2006).













2.2 KEPEMIMPINAN MERUPAKAN SUATU AMANAH
            Kepemimpinan merupakan fitrah kita sebagai manusia. Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah SWT yang suatu ketika nanti harus dipertanggung jawabkan. Karena itu, siapapun anda, dimanapun anda berada, dan apapun jabatan anda, anda adalah pemimpin, minimal memimpin diri anda sendiri. Kepemimpinan bukanlah semata-mata persoalan memimpin negara, perusahaan, organisasi, dan partai politik. Kepemimpinan adalah mengenai kita sendiri (Pradiansyah, 2002). Dalam konteks Islam, memilih pemimpin sangat penting, bahkan menjadi kewajiban, artinya tidak boleh dalam suatu waktu negara tanpa pemimpin. Karena itulah, untuk membangun masyarakat, bangsa, atau negara mutlak diperlukan pemimpi. Islam meganjurkan pemimpin yang amanah (Marzuki, 2006).
            Kepemimpinan merupakan suatu amanah. Arti dari kata amanah itu sendiri, berasal dari kata dalam bahasa arab yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Amanah  berarti jujur atau hal yang dapat dipercaya. Lawan dari amanah adalah khianat (Indonesia : kianah) atau tidak bisa dipercaya (Kamus Al- Munawwir, 1984). Orang yang dapat dipercaya disebut Amin atau umanah, yang lawannya penghianat (kha’in). Amanah merupakan salah satu sifat para Nabi dan Rasul Allah. Sejak kecil Nabi Muhammad SAW, sudah dikenal masyarakat sekitarnya dengan kejujurannya, sehingga mereka memberikan gelar Al-Amin (yang sangat jujur) kepada beliau (Yulk, 1998).
           
Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an anjuran untuk menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai menghianatinya, yaitu sebagai berikut:

1.        Surah Al-Ahzab ayat 72 Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya kami telah mengemukakan amant kepada langit,bumi,dan gunung-gunung,maka semuanya enggan untuk memikul amant itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (Marzuki, 2006).

2.        Surah An-Nisa ayat 58, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesunggguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (Salim, 2002).

3.        Surah Al-Anfal ayat 27, Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Sholihin, 2008)

            Konsep kepemimpinan Islam seperti yang sudah dijelaskan dalam QS. Al- Mukminun (23) : 1-11, meliputi antara lain :
1.    Hubungannya dekat dengan Allah SWT
       Hubungan dekat dengan Allah akan memberikan rasa damai dan tentram dalam hati. Mendekatkan diri dengan Allah dapat dilakukan dengan perantara zikir. Zikir adalah tanda-tanda awal yang baik, penjelasan hubungan, tahqiq kemahuan, dan dalil akhir yang bersih. Zikir merupakan jalan kebenarn dan wasilah kejujuran. Orang yang berzikir pasti akan merasa dekat dengan Allah. Allah SWT telah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Dia dekat dengan manusia, hanya manusialah yang  tidak merasa dekat dengan Allah. Allah berfirman
(Al-Baqarah:186) :
Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. “
       Dengan demikian, menjalin hubungan yang dekat dengan Allah SWT, merupaka suatu yang sangat penting dan baik atau tidaknya seseorang dalam hidup ini sangatlah tergantung kepada sejauh mana hubungannya dengan Allah SWT (Veuges, 2005).
       Didalam Al-Qur’an, ada tiga bentuk hubungan yang harus kita jalin kepada Allah SWT:
a.       Al-Mahabbah (cinta) adalah cinta kepada Allah di atas segala-galanya
b.      At-tijarah (Hubungan jual beli) maksudnya kesiapan penjual untuk menyerahkan sesuatu yang dijulanya meskipun dia amat senang dengan barang itukarena dia menginginkan pembayaran dari sang pembeli.
c.       Al-Amal (Kerja) maksudnya setiap orang dituntut oleh Allah SWT untuk beramal yang saleh dengan sebanyak-banyaknya (Yani, 2005).

2.    Efisen
       Efisien adalah ketetapan cara, usaha dalam menjalanka sesuatu dengan tidak membuang-buang sesuatu seperti waktu biaya, waktu, dan tenaga. Keefisienan sering disebut dengan kerja tepat guna. Bekerja dengan keefisienan merupakan salah satu faktor terpenting di pekerjaan. Sebaliknya seorang pemimpin yang tidak terfokus hanya pada efisiensi semata-mata akan cenderung makin disukai sekitarnya, dan memperkuat kepemimpinannya sekarang ini, efisiensi hanya berdampak negatif pada kepemimpinan sendiri, belum menciptakan efisiensi secara signifikan, (Runfu, 2003). Terdapat tiga kekosongan dalam diri pemimpin, diantaranya yaitu kekosongan jiwa, kekosongan hati, dan kekosongan akal. Cara yang efektif untuk mengefisiensikan waktu adalah dengan dakwah, membaca, bergaul dengan baik, suka membantu dan sebagainya (Nuskhi, 2013).

3.    Penolong
       Seseorang yang selalu menolong dalam melakukan pekerjaan yang dipandang kebajikan, dirinya selalu disenangi manusia, sebagaimana apabila seseorang membuktikan taqwanya kepada Allah SWT. Islam sangat menggalakkan agar setiapa muslim berlaku ikhlas terhadap umat lainnya. Menurut Deaux (1993) pemimpin yang suka menolong mengembangkan perasaan moralitas tinggi, pemimpin akar berfikir secara canggih mengenai isu-isu moral, peduli terhadap prinsip keadilan, berorientasi terhadap kebutuhan orang lain, dan  telah menginternalisasi norma tangung jawab sosial di dalam hatinya. Selain itu, pemimpin juga memiliki kapasitas tinggi untuk memahami sudut pandang orang lain dan berempati (widyarini, 2009)

4.    Bagus moralnya
            Pemimpin yang profesional adalah pemimpin yang sukses di dalam karier mencapai puncak, menjalankan tugas secara profesional dan sekaligus berhasil dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang sukses di karier profesional, namun gagal kepemimpinannya adalah pemimpin yang ‘separuh berhasil”. Jadi dalam mendaki karier menjadi pemimpin puncak, berusahalah agar memiliki agenda untuk mencapai puncak sukses dalam karier maupun kepemimpinannya (Moeljono, 2004). Pemimpin profesinal mempunyai kemampuan dan ketrampilan yng tinggi dikarakteristikkan di pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Mempunyai perencanaan yang baik, komunikasi yang baik, koordinasi, dan evaluasi (Hakim, 1986)






















2.3 KONSEP KEPEMIMPINAN ISLAM
           
       1. Hubungan Dekat dengan Allah
Hubungan baik dengan Tuhan akan memberikan rasa damai dan tentram didalam hati. Ibarat seorang anak kecil yang sedang digandeng oleh bapaknya sendiri di tengah-tengah keramaian. Orang yang dekat dengan Tuhan tidak merasa was-was dengan segala tantangan, dan bahkan ancaman bagi dirinya di dunia ini. Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang jelas. Dia menciptakan manusia dengan tujuan untuk menjadi khalifah di muka bumi melalui ketaatan kepadanya. Untuk mewujudkan tujuan itu, Allah memberikan hidayah serta berbagai fasilitas alam semesta kepada manusia. Artinya, manusia dapat memanfaatkan alam semesta ini sebagai sarana merenungi kebesaran penciptanya. Melalui para rosul, Allah memberikan petunjuk kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT (Abdurrahman, 1995). Konsepsi tentang alam semesta memperjelas tujuan dasar keberadaan manusia di muka bumi ini, yaitu :

a)      Abdullah (Mengabdi kepada Allah SWT)
Pemimpin pada hakikatnya adalah untuk mengabdi kepada Allah atau tidak menjalankan perintah Allah dan tidak melayani hak-hak masyarakat atau bahkan merugikan masyarakat berarti dia berhianat ( Zarkasi, 1999). Menurut Santoso (2008), Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa dirinya adalah abdi Allah SWT, maka hendaknya dalam setiap langkah kepemimpinannya hanya menghamba kepada Allah semata. Orang yang terpuji di-Hadirat Illahi adalah orang yang rendah hati, berjalan sebagai seorang hamba dihadapanNya, dimanapun posisi kehidupan kita.
          Allah adalah khaliq, sedangkan manusia merupakan makhluk. Manusia diperintah untuk menghambakan dirinya hanya kepada-Nya, karena Tuhan yang telah menciptakan manusia dan menjadikan bumi untuk fasilitas hidup manusia (Ilmy,2007). Allah telah mengingatakan kita dalam Al Quran tentang bagaimana penghambaan kepadanya meliputi seluruh hidup atau kehidupan setiap orang (Saleh,dkk, 2006).
Allah  SWT berfirman dalam Q.S Az-Dzariyat:56 :


 








Allah juga berfirman :
Katakanlah: “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri(Allah).”(Al-An’am:162)
Berdasarkan ayat di atas maka sesungguhnya apapun yang kita lakukan di dunia ini pada hakikatnya adalah untuk Allah SWT.

b)      Khalifah (Pemimpin)
Khalifah adalah seorang pemimpin yang tunduk pada Al-qur’an dan Hadist, dan kekuasaanpun dibatasi oleh Al-qur’an dan Hadist. Kata “Khalifah”, artinya “Pengganti” atau “Perwakilan”. Para pemimpin islam menyebut dirinya sebagai “Khalifah Allah” (Jazuli,2006).
Allah berfirman :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di mukabumi”. Mereka berkata: “mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya danmenumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “sesungguhnya Akumengetahui apa yang tidak kamu ketahui”(Q.S Al-Baqarah :30).

Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Khalifah ini dapat berarti seorang pemimpin yang tugasnya mengelola seluruh alam raya sesuai amanat yang diembannya, baik secara kolektif maupun individual(Ilmy,2007). Sesungguhnya setiap manusia termasuk kita adalah pemimpin karena kita hidup di dunia jelas untuk mengelola seluruh alam raya, dapat memanfaatkan sumber daya yang ada untuk digunakan lebih baik lagi sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat. Jadi ketika kita melakukan seusatu yang bermanfaat pada prinsipnya kita mampu menjalankan tugas kita sebagai seorang khalifah yang bertugas untuk mengelola seluruh alam raya untuk  dapat memajukan negeri ini.
Dekat dengan tuhan dalam konteks ini jelas mempunyai tujuan atau  maksud tertentu seperti yang di kemukakan oleh Tualaka (2010), kita  harus hidup bersama orang-orang untuk mengetahui masalah mereka, dan hidup bersama tuhan dengan tujuan untuk menyelesaikannya. Ini adalah kunci keseimbangan tindakan seorang pemimpin.

2.      Efisien
1.      Definisi Efisien
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas, dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan (Badral-Muthawi,2006). Efektif berarti tepat sasaran sementara efisien berkaitan dengan kehematan. Jadi pemimpin yang efektif adalah yang tepat sasaran dalam bekerja. Namun bisa jadi seorang pemimpin tidak efisien  karena menghamburkan banyak ongkos (Alfian. 2009).

2.       Cara Mengefisienkan Waktu
a)        Dakwah
Dakwah adalah aktivitas menyeru manusia kepada hidayah Allah dan mencegah mereka dari yang sebaliknya. Satu hal yang penting dan harus digaris bawahi bahwa subjek maupun objek utama dari dakwah adalah manusia. Menurut kalangan ulama tradisional, dakwah islam yang baik adalah tidak mempergunakan cara-cara”kekerasan”. Dakwah harus di lakukan dengan pertimbangan yang memberikan hikmah, dan bijaksan kepada masyarakat. Misal, dakwah islam dengan menggunakan cara berdakwah islam asli, tetapi telah brcampur-baur berdakwah islam dan paham jawa, dengan tujuan di terapkan akan berakibat lebih baik atau dapat di cari kebaikannya. Dakwah dengan cara tersebut juga sering dicap masyarakat sebagai dakwah islam tradisional, tapi kenyataannya cocok dengan selera orang jawa (Sutiyono, 2010).
Allah berfirman :

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)


b)        Membaca
     Membaca adalah salahsatu hal terbaik dalam menafaatkan waktu. Dengan membaca, kita memperoleh begitu banyak ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmu keduniaan. Antara ilmu agama dan dunia harus berjalan seimbang dan saling mengisi. Dengan membaca, kita dapat berjalan melintasi jarak dan waktu. Kita mampu melintasi budaya dan kenanekaragaman dunia. Membaca dapat pula dijadikan sebagai penguat kepribadian, karena semakin banyak ilmu yang kita dapat, diharapakan khazanah pemikiran dan kebijaksanaan diri dapat terus berkembang.
Dalam membaca membutuhkan motivasi, juga di perlukan teknik-teknik membaca yang baik. Artinya, bagaimana membaca secara efektif dan efisien.
Ada beberapa teknik membaca yang yang efektif dan efisien antara lain:
1)   Membaca hanya untuk mencari informasi, berarti tidak perlu menyikapinya dengan kritis
2)   Membaca untuk referensi, perbandingan, penelitian, ulanagan atau ujian, berarti menyikapinya dengan kritis.
3)   Membaca untuk mencari makna yang berguna atau penting, berarti harus memberi tanda atau membuat ringkasan (Fermianto, 2010).

Manfaat membaca antara lain:
-       Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
-       Memgetahui informasi terupdate
-       Mendapat motivasi untuk mencapai cita-cita
-       Sebagai penghibur (Isnaini, 2010)

c)        Bergaul dengan baik
Seorang pemimpin harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar pemimpin mengetahui karakter masing-masing dari setiap bawahan yang dia pimpin dan agar telekomunikasi antara bawahan dan pimpinan terjalin dengan baik. Bergaul dengan baik tak mesti harus dengan sesama agama. Justru akan lebih baik apabila kita hendaknya bergaul baik dengan teman-teman yang beragama lain, misalnya dengan cara:
-       Suka bergaul dan berteman dengan mereka
-       Tidak menggangu atau mengolok-olok jika mereka berdo’a atau beribadah
-       Mengucapkan selamat ketika mreka merayakan hari raya agamanya, dan sebagiannya (Ilmy, 2007).
        Hal tersebut akan membuat kita banyak teman dan menjaga silaturahmi dengan orang lain siapapun itu, tanpa memilih akan membuat kita nyaman dan tentram. Karena pergaulan yang baik sangat mempengaruhi hidup kita.
 
d)       Suka membantu
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita membantu orang lain yang sedang kesusahan. Misalnya kepada fakir miskin dan korban bencana alam. Banyak diantara mereka yang kelaparan, tidak memiliki rumah, terkena penyakit dan sebagainya. Bahkan, banyak anak-anak yang putus sekolah karena tidak memiliki biaya atau kehilangan alat-alat sekolah mereka (Asep, 2008).

Firman Allah:
“Kaum muslimin adalah bersaudara, ia tidak akan menzalimi saudaranya, juga tidak akan memberikan saudaranya di zalimi (di sakiti). Siapa yang senantiasa membantu hajat hidup saudaranya maka Allah SWT akan membantu hajat hidupnya. Siapa yang berusaha memecahkan sebuah masalah yang diderita oleh seorang  muslim maka Allah SWT akan menyelesaikan sebuah masalah baginya dihari kiamat. Siapa yang menutupi aib kesalahan seorang muslim maka Allah SWT dengannya akan menutup aib kesalannya ketika hari kiamat.” (Hadits Muttafaq Alaihi).
           
Dengan membantu penderitaan saudara seakidah, meringnkan beban mereka yang kesusahan amatlah dianjurkan. Bahkan pola hidup yang sering membantu orang lain akan mendatangkan pertolongan dan kecintaan Allah SWT. itulah salah satu cara yang efisien untuk melakukan taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah SWT. (Heriwibowo, 1977).
                 

3.      Penolong
Seseorang yang suka menolong dalam melakukan suatu pekerjaan yang dipandang kebajikan, dirinya selalu disenangi manusia sebagaimana apabila seseorang membuktikan taqwanya kepada Allah. Amalkanlah sikap tolong-menolong dengan penuh keikhlasan karena semata-mata beribadah kepada Allah dan mencarikeridloan-Nya.Perintah Allah untuk tolong menolong sesama manusia dalam hal kebaikan dan ketakwaan tercantum dalam firmannya :

·         Q.S Al-Maidah ayat 2





Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(Al Maidah:2)

Berdasarkan ayat di atas, kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk tolong-menolong sesama karena pada dasarnya kita adalah saudara. Begitu juga dengan seorang pemimpin, pemimpin disini sangat berperan dalam menolong anggotanya yang memiliki kesusahan. Jarror (1989) menjelaskan bahwa sesuatu yang diinginkan dari sebuah persaudaraan umat muslim adalah mewajibkan untuk saling menolong dalam kebaikan seta tidak menolong atas dasar fanatisme golongan, walaupun dalam hal kebaikan sekalipun. Tolong-menolong yang benar menurut syar’I adalah tolong-menolong dalam menegakkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan. Tidak boleh seorang muslim tidak peduli terhadap saudaranya, demikianlah tolong-menolong yang benar  menurut islam. Sebuah  hadis oleh Imam Bukhari menerangkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tolonglah Saudaramu yang berbuat aniaya dan teraniaya”. Seorang sahabat menanyakan: “Menolong yang teraniaya dapat saya pahami, tetapi bagaimana harus menolong yang menganiaya (Zalim)?” Rasul menjawab: “Mencegahnya dari perbuatan aniaya itulah cara menolongnya.”
Berdasarkan hadits di atas maka sangat pentinglah sikap tolong-menolong dalam sebuah organisasi atau proses kepemimpinan seseorang. Pemimpin sebagai penolong disini bersikap menasihati anggotanya dan mengarahkan anggotanya dalam melakukan pekerjaan agar dapat tercapai dengan baik. Pemimpin harus menolong anggotanya jika mengalami kesulitan, pemimpin tidak bisa membiarkan begitu saja anggotanya karena anggotanya juga merupakan tanggung jawabnya dan pertolongannya termasuk dalam bentuk tanggung jawabnya terhadap jabatan pemimpin yang disandangnya.
Penolong pada dasarnya hanyalah Allah SWT seperti yang diungkapkan Chalil (2001) dalam bukunya bahwa sesungguhnya tidak ada yang dapat menolong kaum yang beriman itu selain Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman, yakni orang-orang yang beriman itu sebagian menjadi penolong atas sebagian yang lain.Jadi orang yang menjadi penolong bagi orang lain yang tentunya sesuai dengan apa yang dimaksudkan tolong-menolong yang benar termasuk ke dalam orang-orang beriman. Seperti dijelaskan dalam :
·          Q.S Al-Ashr :





Artinya: “Demi Masa ; sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian; kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”
Ayat ketiga dari Surat Al-Ashr di atas menjelaskan bahwa konteks nasihat-menasihati inilah termasuk dalam cara menolong. Pemimpin yang dapat menasihati anggotanya agar tidak melakukan hal yang tidak baik sudah termasuk menjadi penolong bagi anggotanya.
·         Q.S Al-Anfal ayat 74

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman dan berhijiah serta berjihad di jalan allah,dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman.Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” 

2.4  PEMIMPIN YANG BAGUS MORALNYA DAN PROFESIONAL

1.      Pemimpin yang Bagus Moralnya

a)  Tauhid (Nilai Kebebasan)
Tauhid adalah suatu keyakinan yang sangat mendasar bagi umat islam serta merupakan keyakinan yang tertanam di dalam qalbu. Serta dijalankan dengan perbuatan yang istiqomah dan tidak lepas dari perbuatan amar ma’ruf nahi mungkar. Dan dengan didasari keimanan serta ketaqwaan Allah SWT. Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid. Tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adallah tauhid yang membahas tentang keesaan zat, sifat dan perbuatan Tuhan. Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah yang beerhubungan dengan amal dan ibadah manusia. Sedangkan, tauhid praktis merupakan penerapan dari tauhid teoritis.Seperti dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang wajib disembah hanyalah Allah semata, yang menjadikan-Nya tempat tumpuhan hati dan tujuan gerak langkah. Oleh karena itu, seseorang baru dinyatakan beriman dan bertaqwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dan dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya (Hendar, 2012).
Salah satu prinsip dasar yang dibangun dalam sistem ekonomi yang ditawarkan islam adalah kebebasan individu. Manusia mempunyai kebebasan membuat suatu keputusan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan kebebasan ini, manusia dapat bebas mengoptimalkan potensinya. Kebebasan manusia dalam islam didasarkan atas nilai-nilai tauhid, suatu nilai yang membebaskan dari segala sesuatu,kecuali Allah. Nilai tauhid akan membentuk pribadi manusia yang berani dan kepercayaan diri dari segala sesuatu yang dilakukan hanya dipertanggungjawabkan sebagai pribadi di hadapan Allah (Sasono, 2008).
Pemimpin pada hakikatnya adalah abdi Allah SWT, sementara Syalabi (1992) menjelaskan bahwa tidaklah seseorang itu disebut abdi Allah kecuali dengan merealisasikan tauhid, mengesakan Allah SWT semata dalam beribadah, maka barang siapa beribadah kepada Allah, tetapi dia menyekutukan-Nya dengan yang lain, maka tidaklah  ia disebut sebagai ‘abdun lillah (hamba Allah).

b) Nikah (Nilai Keluarga)
Menurut Yani (2007), Akad nikah merupakan suatu perjanjian yang amat kuat antara seorang bapak dan anaknya yang perempuan dengan seorang lelaki, yang setelah akad itu dinyatakan sah menjadi menantu da suami dari anaknya. Setelah adanya suatu pernikahan maka pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya akan terlihat jelas. Ini mencerminkan moralitas yang bagus bagi seorang pemimpin jika dia dapat menjaga pergaulan dengan perempuan yang bukan muhrimnya. Pemimpin yang biasanya bergaul secara bebas dan tidak mempedulikan keluarganya maka akan dinilai buruk oleh anggotanya dan tidak akan disukai oleh orang lain.
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Pernikahan merupakan suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak srta melestarikan hidupnya. Allah menurunkan kitab-Nya Al-Qur’an sebagai pedoaman dan Undang-Undang bagi kaum muslimin dalam mengarungi kehidupannya.
Dalam Firman Allah SWT :
 Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan kamu mengingat kebesaran Allah (Az-Zariyat : 49)”
Begitu juga bagi manusia,  Allah telah mengatur lembaga perkawinan sedemikian rupa dalam syari’at-Nya pada Al-Qura’an dan Hadis agar terjaga kehormatannya, martabat dan kemuliaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya, perkawinan ini adalah sebagai slah satu syari’at islam yang merupakan ketetapan ilahi (Shihab, 1998).
Dalam konteks kehidupan rumah tangga (keluarga) laki-laki adlah sebagai pemimpin atas wanita. Maka laki-laki itu adalah pemimpin rumah tangga yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya, berdasarkan firman Allah : “Kaum laki-laki adalah pimpinan bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (An-Nisa’ : 34)
Kalimat “karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka” menunjukkan kepada kita bahwa yang dimaksud adalah kepemimpinan dalam keluaraga (Qaradhawi, 1995).


c)      Hayati (Nilai Kemanusiaan)
Nilai kemanusiaan, dalam pandangan nilai ini, hidup itu berasal dari ribuan orang yang membentuk organisasi sepanjang waktu. Oleh karena itu, nilai kemanusiaannya merupakan hasil refleksi yang benar atas keterampilan dan keahlian yang unik dari oraganisasi itu (Ackerman, 2000).Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai kemanusaiaan. Memberi pelayanan dan pertolongan merupakan investasi yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya di akhirat melainkan di dunia pun mereka sudah mersakannya (Tasmara, 2006).
Nilai kemanusiaan merupakan salah satu moral islam. Q.S Adz-Dzariyat:56 menerangkan bahwa: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaku”. Nilai martabat manusia sangat ditentukan oleh derajat kesanggupan dirinya untuk selalu menaati perintah Allah SWT. Jika manusia ingin mulia di hadapan Allah perlu terus menjaga sikap dan perilaku di hadapan hamba Allah yang lain. Jika manusia ingin menjadi hamba yang takwa, manusia perlu dididik tentang arti dan makna sujud (tunduk dan patuh) di hadapan Allah SWT. Senantiasa bersujud akan membawa manusia pada kesadaran yang tinggi atas nilai kemanusiaannya, atas fitrahnya yang berbeda dengan hewan dan makhluk ciptaan Allah swt lainnya. Bersujud membuat manusia bersukur atas nikmat yang diterimanya, mengerti akan arti dan makna etika dan estetika.

d)     Adil (Nilai Keadilan)
Islam mengajarkan kepada manusia supaya tidak bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain. Lebih-lebih bagi seorang pemimpin, ia harus menghindari kesewenang-wenangan, harus bersikap adil terhadap rakyat yang dipimpinnya.Imam Al-Qusyairy pernah berkata “Allah Ta’ala telah menyuruh hambaNya agar berlaku adil dalam segala sesuatu yang berhubungan antara dia dengan tuhannya, antara dia dengan dirinya sendiri dan antara dia dengan sesame makhluk” (Nasiruddin.2008).
Artha (2009) dalam bukunya juga menjelaskan bahwa salah satu sifat yang harus dimiliki pemimpin adalah adil. Sedang pemimpin bisa berlaku adil jika ia memahami pekerjaan bawahannya. Dengan memahami kondisi dan pekerjaan bawahannya, seorang pemimpin dapat menempatkan seseorang sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan Negara.
Keadilan digunakan untuk mempengaruhi pengikut dan khalayak luas. Keadilan adalah sikap lurus, konsisten dan proporsional yang ditampilkan pemimpin, baik kepada dirinya sendiri, pengikut, bawahannya, maupun khalayak lain yang lebih luas (Hendrawan, 2009).
Adapun contoh penegakan nilai-nilai keadilan yaitu ketika seorang penegak hukum menetapkan visi pribadi menegakkan nilai-nilai keadilan, misalnya, maka dalam setiap menangani kasus hukumdia akan mengedepankan suara hati berdasarkan nilai keadilan yang ada dalam dirinya. Meskipun mungkin mendapatkan tawaran uang yang besar, kalau hal itu menyangkut denga mengorbankan nilai-nilai keadilan hukum yang ditanganinya, ia akan dengan tegas menolaknya. Karena penegak hukum ini tidak menempatkan kemenangan pribadinya pada besarnya nilai uang, kekayaan materi, tetapi pada tegaknya nilai-nilai keadilan dalam setiap kasus yang ditanganinya (Santoso, 2007).


e)      Amanah (Nilai Kejujuran)
Amanah berarti kejujuran atau hal yang dapat dipercaya. Kehadiran manusia di muka bumi ini tidak lain dalam rangka mengemban amanah dari Tuhan untuk memelihara dan memakmurkan bumi ini. Inilah amanah terberat yang dipikul oleh manusia yang tidak mampu diemban oleh makhluk lainnya (Marzuki, 2006).
Salah satu kebutuhan terbesar bangsa ini adalah nilai kejujuran yang wajib melekat pada diri para pemimpin. Itu sebabnya, kita sulit menjadi bangsa yang sungguh besar. Kalaupun kita menyebut diri kita besar, itu sekadar slogan. Nilai kejujuran menjadi salah satu barang yang paling langka di Indonesia (Tjahjono, 2011).
Amanah pada dasarnya merupakan suatu tanggung jawab yang nantinya jelas akan dipertanyakan baik secara vertical maupun horizontal, oleh karena itu hendaknya seorang pemimpin dapat dipercaya oleh anggotanya karena pemimpin juga merupakan ujung tombak dari sebuah organisasi/kepengurusan. Pemimpin yang amanah berarti seseorang yang diberi tugas-tugas kepemimpinan itu sesuai dengan kehendak yang memberi  amanah. Pemimpin pada hakikatnya adalah untuk mengabdi kepada Allah atau tidak menjalankan perintah Allah dan tidak melayani hak-hak masyarakat atau bahkan merugikan masyarakat berarti dia berhianat.(Zarkasi,1999).

2. Profesional
Pemimpin yang profesional adalah pemimpin yang ahli dalam bidangnya. Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Herry (2008) yaitu professional merupakan orang yang melakukan suatu pekerjaan karena ahli dibidang tersebut serta meluangkan seluruh waktu, tenaga, dan perhatiannya untuk pekerjaan tersebut. Orang yang professional juga memiliki komitmen penuh dengan apa yang ia kerjakan. Moeldjono (2004) menerangkan bahwa kepemimpinan Profesional adalah kepemimpinan yang mempunyai etika di dalamnya. Ketika sebuah keputusan diambil, leadership judgement tidak berhenti di dalam kompetensi kepengambilan-keputusan, namun juga di dalam tingkat kebenaran etis dari sebuah keputusan. Profesional selain menyinggung aspek kemampuan teknis sesuai bidangnya, juga berbicara tentang sikap. Sikap lebih penting dari pada fakta. Maksudnya cara kita menyikapi suatu keadaan lebih penting daripada keadaan  itu sendiri. Pemimpin dengan kepemimpinan adalah pemimpin profesional, yang tidak sekadar mengandalkan legitimasi formal, intuisi atau karisma. Pemimpin profesional adalah pemimpin yang mempunyai ilmu dan pengetahuan tentang kepemimpinan, mampu mentranformasikan ilmu dan pengetahuan tentang kepemimpinan menjadi keterampilan (skill), dan pada waktu melaksanakan praktik kepemimpinan meningkatkan diri pada etika (Dwidjowijoto, 2006).

Karakteristik Pemimpin Profesional
1.      Bekerja sebagai Ibadah
       Dalam agama islam, dikenal pula makna bekerja sebagai nilai ibadah, bahkan memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Bertebaran hadits yang menunjukkan penghargaan serta kedudukan mulai bagi para pekerja, misalnya sebuah hadits mengungkapkan bahwa, “Allah sangat mencintai seorang mukmin yang kbekerja.” Bekerja merupakan perintah dan membudaya kerja islam adalah proses untuk menjadi dan mendorong kreatifitas di atas nilai-nilai kebenaran yang hakiki (Tasmara, 2002).
     Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At- Taubah : 105).
  Pemimpin yang bekerja karena untuk ibadah yang dilandasi oleh semangat mardhatillah (jiwa yang baik), mencari ridho Allah. Kemudian diwujudkan dengan sikap amanah, jujur, profesional dan tidak melanggar aturan normatik publik. Niat ibadah dalam bekerja inilah yang akan mengantarkan pemimpin menjadi orang yang qanaah (merasa cukup dengan hasil yang diperoleh), lapang dada dan merasa puas (Hassan, 2009).
Bekerja merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim terutama bagi kepala keluarga. Namun, bekerja disini bukan hanya mencari nafkah saja tetapi juga kegiatan yang lainnya. Allah swt berfirman “Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai kematian datang kepadamu”. Berdasarkan ayat tersebut maka sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk selalu beribadah hingga ajal menjemput kita. Apapun yang kita lakukan jika kita sudah menganggapnya sebagai ibadah makan sebisa mungkin kita akan menjalankannya dengan sebaik mungkin.
2.      Bekerja sebagai Sebuah Amanah
Amanah berati dapat dipercaya. Kepercayaan adalah esensi dari kepemimpinan, karena tidak mungkin seorang pemimpin memimpin orang-orang yang tidak percaya pada pimpinannya sendiri. Bagi para bawahan, mempercayai seorang pemimpin berarti yakin bahwa hak-hak dan kepentingan-kepentingan mereka tidak diabaikan. Bawahan tidak mungkin mengahargai ataupun mengikuti seseorang yang mereka anggap tidak memegang teguh amanah apalagi cenderung mengambil keuntungan yang tidak pantas serta tidak wajar dari mereka (Sutikno, 2010).
Kerja adalah suatu amanah dari Tuhan untuk kelangsungan hidup manusia. Manusia diberikan kuasa untuk memilih setiap langkat hidupnya, tapi Tuhan lah yang menentukan seberapa panjang nafas hidup manusia melangkah. Bekerja adalah salah satu tanggung jawab yang terbesar yagn harus diemban manusia untuk mewujudkan rencana Tuhan di dunia ini.
Ada 3 tanggung jawab :
a.       Tanggung jawab kepada orang lain
b.      Tanggung jawab kepada Tuhan
c.       Tanggung jawab kepada diri sendir
Pemimpin yang amanah pasti akan menjalankan apa yang menjadi tanggung jawab sebagai seorang pemimpin dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga amanah yang diembannya (Budi, 2010).
Amanah, artinya dapat dipercaya. Amanah dalam pandangan Islam ada dua yaitu: bersifat teosentris yaitu tanggungjawab kepada Allah Swt, dan bersifat antroposentris yaitu yang terkait dengan kontak sosial kemanusiaan (Yusmansyah,2006). Pengertian di atas bahwa menjadi seorang pemimpin kita tidak hanya amanah dari Allah awt tapi juga merupakan amanah yang diberikan oleh anggota-anggota yang telah memilihnya(Mahyudin,2009).
3.Bekerja dengan Sungguh-sungguh
Menjalani suatu tugas yang telah diberikan kepada kita harus dijalani dengan sungguh-sungguh karena kesungguhan seorang menjalankan tugasnya dapat membuat pekerjaan itu selesai dengan cepat dan hasil yang memuaskan. Pemimpin yang berkualitas memiliki semangat prestasi tinggi, yang begitu kuat memenuhi seluruh rongga dadanya. Dalam semangat tersebut ada bergbagai karakter cemerlang yaitu sikapnya yang selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja. Pemimpin yang baik, pemimpin yang bekerja dengan sungguh-sungguh demi tercapainya tujuan atau hasil yang ingin dicapai (Kadarusman, 2010).

4.Menghargai Waktu
Ciri pemimpin yang menghargai waktu, yaitu pemimpin yang tekun melaksanakan suatu pekerjaan, cekatan dalam bekerja, tabah menghadapi cobaan, tidak membuang waktu tanpa guna, menunaikan ibadah dengan sempurna, memiliki agenda harian yang terencana, menepati waktu, serta suka memberi nasehat yang membangun dalam beramar ma’ruf nahi mungkar (Yendra, 2007).

Waktu, bagi seorang muslim harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sering kali manusia tertipu olehnya. Tertipu untuk berleha-leha di dunia, menikmati waktu muda tanpa ingat masa tua, menghabiskan kesempatan di waktu luang tanpa sadar akan datangnya waktu sempit, menghamburkan kekayaan tanpa mengingat bagaimana jika miskin, menyia-nyiakan waktu sehat dan lupa suatu saat kita bisa jatuh sakit. Terlena dengan hidup dan terlupa akan ajal yang siap menjemput. Demikianlah manusia yang sering tertipu, sebagaimana Rasulullah saw bersabda: “Ada dua nikmat dimana manusia banyak tertipu didalamnya, kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari).Waktu luang yang kita miliki hendaknya digunakan dengan sebaik mungkin karena dengan kita bisa membagi waktu dengan baik kita dapat mengefisienkan waktu serta dapat bekerja secara professional.
Orang-orang yang menghargai waktu yang disebutkan dalam ayat di atas yaitu:
a.       Orang yang beriman
b.      Mengerjakan amal saleh serta
c.       Selalu nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan meresapi kesabaran.
Itulah orang-orang yang beruntung dan tidak akan pernah mengalami kerugian di dunia dan di akhiratnya. Berarti merekalah orang-orang yang menemukan jalan kemudahan-Nya (Dwikomentari, 2005).

5.Kerjasama
Kerjasama adalah usaha bersama antar individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin yang baik mengerti kekuatan kerjasama, karena kerjasama tim adalah kunci kemenangan . Kerjasama antara pemimpin dan yang dipimpin sangat menentukan masa depan suatu organisasi. Apakah lebih maju atau tetap, atau bahkan bisa mengalami kemunduran ?. Jadi, seorang pemimpin harus memiliki jiwa kerjasama, agar suatu organisasi yang dijalankan bisa terjalankan dengan baik (Munir, 2009).
Menurut Yani (2007) menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugas-tugas memperbaiki kehidupan masyarakat, seorang pemimpin harus mau menjalin kerjasama kepada rakyat yang dipimpinnya dengan sebaik-baiknya. Kerjasama yang baik antara pemimpin serta rakyatnya akan menyebabkan timbulnya lingkungan yang professional serta atmosfir yang berbeda yang dapat menimbulkan adanya system kerja yang bagus pula.
6.Bekerja dengan Pengetahuan (Ilmu)
Pemimpin mempunyai pengetahuan yang luas dalam proses pembelajaran hidup. Pembelajaran ialah proses yang berterusan. Oleh karena itu, tiada seorang pun yang pakar. Individu yang mengatakan bahwa beliau ialah seorang pakar, sebenarnya merupakan individu yang angkuh. Hal ini dikarenakan pembelajaran ialah proses berterusan yang mengemukakan maklumat baru : pemimpin adalah manusia yang membangunkan semangat mereka secara berterusan dan mendalami pengetahuannya.
Mereka sadar bahwa pengetahuan tanpa pengalaman ialah superfisial, manakala pengetahuan dengan pengalaman ialah kearifan. Kearifan akan tergambar bila anda dapat menerima hakekatbahwa anda tidak mempunyai segala jawaban atau penyelesaian.Pemimpin yang bekerja dengan memiliki pengetahuan, maka ia akan bekerja secara profesional (Barry, 2002).

7.Bekerja dengan Memiliki Keahlian
Seorang yang professional adalah orang yang bekerja sesuai bidangnya. Sebab dengan mengetahui bidang apa yang dikerjakannya, dia akan menjadi orang yang lebih produktif serta dapat mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Selain itu dia bias dengan terampil mengajari orang lain. Sehingga jika pemimpin itu sudah ahli dalam bidangnya, dia akan nampak berbeda dan disegani oleh anggotanya. . Pemimpin yang mempunyai kepribadian yang baik dan keahlian yang unggul dapat menciptakan kepercayaan dalam hati mereka yang dipimpinnya. Berkat mutu kepribadian dan keahlian pemimpin itu, mereka yang dipimpinnya menjadi yakin bahwa tujuan dan cita-cita yang mau dicapai baik dan bahwa pemimpin itu mampu membawa mereka ke tujuan dan cita-cita yang mau dicapai. Kepercayaan mereka yang dipimpin terhadap dia yang memimpin menjadi semakin kuat dan besar apabila mereka itu dengan mata kepala mereka sendiri dapat menyaksikan betapa besar dedikasi dan pengabdiannya dalam memimpin mereka menuju ke tujuan dan cita-cita bersama itu (Mangunhardjana,  1976).





BAB III
KESIMPULAN

3.1              Kesimpulan

Dari pemaparan makalah ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu kepemimpinan dalam islam adalah bagaimana ajaran islam dapat memberi sibghah dan wijhah, corak dan arah kepada pemimpin itu, dan dengan kepemimpinannya mampu merubah pandangan atau sikap mental yang selama ini hinggap, menghambat dan mengidap pada sekelompok masyarakat maupun perorangan.
Kepemimpinan merupakan amanah. Arti dari amanah sendiri kata                              amanah berasal dari bahasa arab yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Amanah berarti kejujuran atau hal yang dapat dipercaya.
            Adapun konsep kepemimpinan dalam islam, yaitu pemimpin yang mempunyai sikap seprti hubungannya dekat dengan Allah SWT, efisien, bagus moralnya, dan profesional.
Seorang pemimpin haruslah memiliki kriteria-kriteria yang lebih dari bawahannya. Kriteria tersebut misalnya jujur, adil, bertanggungjawab, loyal, energik, dan beberapa kriteria lainnya.
Setiap orang selalu berharap kesuksesan di dalam kepemimpinannya. Dan prestasi puncak untuk menjadi seorang pemimpin adalah ketika ia berhasil menjadikan dirinya lebih baik dan menjadi teladan bagi para pengikutnya, serta berhasil menciptakan kondisi yang memungkinkan pengikutnya mendapatkan aspirasinya.
            Untuk itu menjadi teladan yang mulia dari sikap-sikap yang mulia, akan melahirkan sosok pemimpin dambaan rakyat, sehingga walaupun usia kepemimpinannya sudah berakhir, namun sikap mulia dalam kepemimpinannya itu akan hidup ditengah-tengah masyarakat. sikap mulia dari seorang muslim yang patut di contoh tidak lain adalah seorang pemimpin besar yang sukses, yakni Muhammad bin Abdullah, yang hinga kini menjadi satu-satunya pemimpin besar sepanjang sejarah manusia.
Seorang profesional harus mampu menguasai ilmu pengetahuannya secara mendalam, mampu melakukan kerativitas dan inovasi atas bidang yang digelutinya serta harus selalu berfikir positif dengan menjunjung tinggi etika dan integritas profesi.


3.2              Saran
Selesai sudah penulisan makalah ini dengan lancar dan melalui proses yang cukup banyak memakan waktu, saya sangat sadar bahwasanya di dalam makalah ini banyak kekeliruan, baik secara tulisan ataupun pembahasan, maka dari itu kami mengharap pada semua pembaca untuk mengoreksinya demi memperbaiki makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, An-Nahlawi, 1995. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat. Dar Al-Fikr, Al-Mu’asyir, Bairot. Libanon.
Alfian, Alfan. 2009. Menjadi Pemimpin Politik. Gramedia: Jakarta.
Artha, Arwan Tuti. 2009. Dunia Religius SBY. Best Publisher:Jakarta.
Asep, B R, 2008. Al-Qur’an Dan Hadis. Penerbit Grafindo Media Pratama. Bandung.
Badral-Muthawi, Jaslem. 2006. Efisiensi Waktu dalam Islam. Gema Insani Press: Jakarta.
Barry, Thomas J, 2002. Organisasi Kualiti Mutlak : Keseimbangan Dan Keharmonian Demi Keunggulan. Universitas Teknologi. Malaysia.
Budi, Hengki Irawan Setia, 2010. Jadi Salesman Tidak Bisa Kaya Masa ?. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW Jilid II. Gema Insani Press: Jakarta.
Departemen Agama RI. 1996. Al Qur’an Al Karim dan Terjemahannya. CV. Toha Putra: Semarang.
Dwidjowijoto, Riant Nugroho, 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Dwikomentari, Diaz, 2005. SOSQ (Solution Spiritual Quotient) :Manajemen Solusi Dan Spiritual. Pustaka Zahra. Jakarta.
Elizabeth, Andini, 2010. Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Fermianto, Lucas, 2010. Belajar Mendengarkan : Menjadi Guru Dan Orang Tua Sejati. Pustaka Anggrek. Yogyakarta.
Hakim, Manshur. Abdul, 2006. 99 Kisah Teladan Sahabat Perempuan Rasulullah. Penerbit Republika. Jakarta.
Hassan, Abdillah Firmanzah, 2009. 15 Cara Nyata Memperoleh Rezeki Berlimpah. PT Wahyu Media. Jakarta.
Hendar, 2012. Mengaplikasikan Tauhid Islam Pada Masa Sekarang (Sosial, Politik dan Budaya). Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan PKM : Sosial, Ekonomi dan Humaniora. Vol.3.No.1. Universitas Islam Bandung.
Hendrawan, Sanerya, 2009. Spiritual Management : From Personal Enlightenment Towards God Corporate Governance. PT Mizan Pustaka. Bandung.
Herry, Muhammad. 2008. 14 Teladan  Kepemimpinan Muhammad SAW. Gema Insani: Jakarta.
Herwibowo, Babby, 1977. The Power Of Akhlak : Menjadi Kesayangan Allah. Kuwais Media Kreasindo. Jakarta.
Ilmy, Bachrul, 2007. Pedidikan Agama Islam. Grafindo Media Pratama. Bandung.
Isnaini, Rijal, 2010. Manfaat Membaca Buku Dalam Kehidupan Kita. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Jarror, M. 1989. Iman dan Kehidupan. PT Bulan Bintang : Jakarta.
Jazuli, Ah Zami Saimun, 2006. Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur’an. Gema Insani Press. Jakarta.
Kadarusman, Dadang, 2010. Ketika Kudaa, Semut dan Gajah Bekerja. Penerbit Raih Asa Sukses. Depok.
Kartono, Kartini, 1994, Pemimpin dan Kepemimpinan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mahyudin, Muhammad Alfan. 2009. Menjadi Pemimpin Politik. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Mangunhardjana, A M, 1976. Kepemimpinan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Marzuki, Wahid, 2006. Fiqih Madzhab Negara : Kritik Atas Politik Hukum Islam Di Indonesia. Lkis. Yogyakarta.
Moeljono, Djoko santoso, 2004. Delapan Langkah Strategis Mendaki Karier Puncak. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.
Moeljono, Djokosantoso, 2008. 12 Konsep Kepemimpinan. PT Elex Media Komputindo.        Jakarta.
Munawwir, Imam, 1986. Asas-asas Kepemimpinan Dalam Islam. Usaha Nasional. Jakarta.
Munir, Risfan, 2009. Samurai Sejati : Jurus Menang Dalam Karier Dan Hidup Ala Samurai Sejati. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Nasiruddin. 2008. Kisah Keadilan para Pemimpin Islam. Republika: Jakarta.
Nuskhi,Muhammad, 2013. Kepemimpinan Merupakan Suatu Amanah. Laboratorium Sosial : Universitas Jenderal Soedirman.
Pradiansyah, Arva, 2002. You Are A Leader. Penerbit PT Gramedia : Jakarta.
Purwanto, Djoko, 2006. Komunikasi Bisnis. Erlangga. Jakarta.
Qaradhawi, Yusuf, 1995. Fatwa-Fatwa Kontemporer 2. Gema Insani Press. Jakarta.
Runtu, Bob Wawo, 2003. Determinan Kepemimpinan. Makara, Sosial Numaniora, Vol.7.No.2. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia. Depok.
Saleh, Faisal dkk. 2006. Indahnya Syariat Islam. Gema Insani: Depok.
Salim, Abdul Muin, 2002. Fiqih Siyasah : Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an. PT Raya Grafindo Persada. Jakarta.
Santoso, Eko Jalu, 2007. Heart Revolution : Revolusi Hati Nurani. PT Elek Media Komputindo. Jakarta.
Santoso, Eko Jalu. 2008. The Wisdom of Business. Gramedia: Jakarta.
Sasono, Adi, 2008. Rakyat Bangkit bangun Martabat. Pustaka Alvabet. Jakarta.
Shihab, Quraish, 1998. Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan. Bandung.
Sholihin, Rahmat, 2008. Referensi Islam Dalam Melmilih Pemimpin. Jurnal Konstitusi, Vol.1.No.1. PKK Fakultas Syariah Lain Antasari. Jakarta.
Sukardi, Imam, 2003. Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern. Penerbit Tiga Serangkai : Solo.
Sutikno, Raja Bambang, 2010. The Power Of 4 Q For HR And Company Development. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sutiyono, Ahmad Dzulfikar, 2010. Benturan Budaya Islam : Puritan Dan Sinkretis. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Syalabi,Mahmud. 1992. kepribadian rasulullah. Pustaka mantiq: solo.
Tangkilisan, Hersel Nogi S, 2005. Manajemen Politik. PT Grasindo. Jakarta.
Tasmara, Toto, 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. PT Grasindo. Jakarta.
Tasmara, Toto, 2006. Kecerdasan Ruhaniah (Transcevdevtal Intellegence) : Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tjahjono, Herry, 2011. Culture Based Leadership. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tualaka, JF. 2010. Sepiring Motivasi untukSarapan Pagi. Jogja Bangkit Publisher: Jogjakarta.
Vauger, Jacques, 2005. Hubungan Jiwa-Badan Menurut St. Augustinus. Kancsius ;  Yogyakarta.
Widyarini, Nilam, 2009. Seri Psikologi Populer : Kunci Pengembangan Diri. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Yani, Ahmad, 2005. Materi Khotbah Jum’at : Kumpulan Khotbah Jum’at Setahun. Penerbit Al Qalam. Jakarta.
Yani, Ahmad, 2007. Menjadi Pribadi Terpuji. Al Qalam: Depok.
Yendra, Melvi, 2007. Ensiklopedia Anak-anak Muslim, PT Grasindo. Bandung.
Yulk, Gay A, 1998. Kepemimpinan Dalam Oraganisasi. Prenhalindo. Jakarta.
Yusmansyah, Taofik. 2006. Aqidah Akhlak. Grafindo Media Pratama: Bandung.
Zarkasi, Effendi. 1999. Khutbah Jum’at Aktual. Gema Insani Press: Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar